Tuesday, October 21, 2008

Rumah Merahku



Rencananya saya dan suami mau merenovasi rumah yang baru kami beli. Rumah yang kita sebut sebagai "Rumah Merah" berhubung cat-nya merah tua. Proses mendapatkan rumah ini cukup berliku-liku. Sempat hampir dibeli orang lain. Tetapi yang namanya rumah memang "jodoh", akhirnya jadi juga.

Setelah melewati proses yang ternyata tidak begitu merepotkan, kami akhirnya mendapatkan kredit kepemilikan rumah (KPR) dari Bank Niaga Syariah. Dipilih Bank Niaga Syariah setelah hasil hunting ke beberapa bank, ternyata bank ini bunganya paling kecil. Akhirnya bulan Maret 2008 jadilah rumah itu berpindah nama menjadi nama saya.

Rumahnya sih keciiiil banget (dibandingkan rumah ortu saya di Jawa Tengah yang setara 2xlebar lapangan bola). Ukurannya cuma 3 x 11 m itupun sudah termakan dinding samping kiri kanan hasilnya luas asli ruangan cuma 2,4 x 11 m. Dua lantai full bangunan, gak punya halaman apalagi taman baik di depan maupun belakang. Kiri kanan sudah nempel ke dinding rumah tetangga. Jalan depan rumah lumayan luas, bisa buat papasan 2 mobil.

Lokasi. Lokasi. Lokasi. Sekali lagi lokasi, itulah satu-satunya alasan kenapa dan mengapa kami memilih beli rumah di daerah Jakarta Pusat ini. Kantor saya dan suami di Thamrin-Sudirman, jadi dari rumah gak begitu jauh. Bisa berangkat kerja rada siang dan sampe rumah sebelum Maghrib dah sampe rumah. Hal ini keliatannya sulit kalo kita milih rumah di pinggiran Jakarta.

Dekat ke stasiun Senen maupun Gambir, jadi kalo mau mudik gampang. Itu alasan selanjutnya.

Memang polusi udara di daerah itu sudah cukup parah. Bikin sumur pompa juga sudah mustahil mengingat lokasi pemukiman yang padat pastilah lokasi septic tank sudah berhimpitan. Penggunaan air PDAM menjadi pilihan satu-satunya. Kita memutuskan untuk mengambil resiko ini mengingat sekali lagi alasan di atas, LOKASI.

Insya Allah akhir bulan Oktober kita akan mendandani (baca=sedikit merenovasi) rumah itu. Kamar yang letaknya di depan mau dibongkar dan dijadikan garasi. Semoga kelak ada rizki untuk beli mobil jadi gak usah numpang di garasi umum. Ruamg di abwah yang otomatis bakal jadi lebih sempit akan kita gunakan untuk dapur dan kamar mandi. Ruang tamunya dimana? gak ada. Barangkali di dekat dapur masih ada ruang untuk menempatkan kursi tamu kecil. Atau di garasi juga bisa, kan mobilnya belum ada.

Lantai atas akan menjadi 3 kamar tidur, satu kamar tidur utama plus kamar mandi dalam, kamar Nasywa (anak kami) dan kamar mbah nenek (asisten rumah tangga kami).

Renovasi akan digarap oleh Mas Parno, arsitek sekaligus teman sekampung suami di Yogya, yang udah nulis buku lebih dari 50 judul. Sistemnya borongan tenaga, artinya kita yang akan membeli materialnya. Karena tukang didatangkan dari Yogya, maka ada biaya tambahan untuk Kereta Api PP dan akomodasi. Karena teman dekat, kami percaya sepenuhnya sama dia.

Masalahnya nih, budget yang ada mepeeet banget. Takut juga kalo nanti kurang, mengingat biasanya yang namanya renovasi selalu membengkak biayanya. Sempat berpikir untuk minjem bank lagi, tapi batal berhubung krisis finansial 2008 juga berimbas pada tingkat suku bunga bank yang langsung melambung 4 kali lipat dari saat kami kredit KPR dulu. Moga-moga renovasi akan berjalan lancar dan sesuai jadwal. Bulan Januari 2009 kontrakan udah habis tenornya, mau gak mau kan musti pindah ke rumah baru.

to be continued

No comments: