Friday, November 21, 2008

Minggir dooong..!!!

Sejak bisa mengucapkan dua kata, perkembangan bicara Nasywa maju cepat sekali. Apalagi sekarang giginya sudah 16, hampir lengkap. Pertumbuhan giginya sejalan dengan perkembangan bicaranya. Sekarang Nasywa bisa mengucapkan 3 kata yang sangat bervariasi misalnya ”Mama bubuk sini”, ”Bapak ambil itu”. Lucunya lagi Nasywa udah bisa merintah orang, ”Mama bangun.!”, ”Bapak solat..!” atau ”Mimik cucu..!”
Kalo mimik ASI dia bilang ”Mimih” tapi kalo ”Mimik cucu” artinya minta susu botol, sementara ”botol’ saja berarti teh botol. Kalo yang ini keturunan dari Mamanya yang pecandu berat Teh Botol Sosro.

Nasywa sukanya mimik ASI sambil tiduran di kamar, kalo mau mimik pasti minta Mama ngikutin masuk kamar. Kalo Mama lagi asik nonton tivi atau baca majalah, trus diseret-seret tangannya.

Kebiasaan baru Nasywa yaitu menumpahkan mainan satu keranjang, trus dia masuk ke dalam keranjang itu dan minta diseret keliling rumah. Kalo Nasywa bilang ”Minggir” artinya dia minta mainan dalam keranjang ditumpahkan. Awalnya kalo kita numpahin mainan kita bilang ”Nasywa minggir dulu”, jadi deh sejak itu Nasywa selalu bilang ”minggir” yang bisa berarti ”tolong mainannya dikeluarin semua”. Setelah mainan-nya tumpah, biasanya Nasywa bilang ”bubaaang..!” yang artinya ”bubaar..!!” Kata ”minggir juga diucapkan kalo Nasywa minta kasur yang ada di kamar diturunkan. Artinya Nasywa mau main-main/tiduran di atas kasur itu.

Wednesday, November 5, 2008

Assalamu Alaikum Mama..

Nasywa udah bisa ngomong "Salamikum Maa.." (assalamu alaikum Mama). Selain itu Nasywa selalu meniru omongan orang di dekatnya, jadi kita harus menjaga supaya hanya ucapan yang baik saja yang keluar dari mulut. Rupanya cara paling efektif membuat anak bisa cepat bisara ya itu tadi..banyak-banyaklah mengajak anak ngomong. Walopun dia belum tentu paham maksudnya, tetapi dia akan menirukan ucapan kita. Oleh karena itu sebisa mungkin untuk selalu menjaga tone agar suara kita selalu kedengaran lemah lembut, karena tone itu juga akan ditirukan oleh anak. Mama menyesal sekali sering bilang "nakal..!!" rmukul tebok attulatasetiap kali Nasywa jatuh. Soalnya kapan itu Nasywa lagi jengkel sama Mama, gara-gara Mama gak bangun dari tempat tidur waktu Nasywa bangun pagi-pagi dan ngajak jalan, jadinya Nasywa jengkel trus mukul Mama bilang "nakal..!!". Mama agak kaget, trus menyesal sekali sering melakukan hal serupa sama tembok, lantai atau benda apa saja yang bisa bikin Nasywa jatuh. Padahal Nasywa mah jatuh karena dia jalan gak pake liat sekeliling.

Wednesday, October 22, 2008

Nasywa 16 - 17 bulan

Sejak balik dari kampung sehabis lebaran, Nasywa sudah bisa merangkai 2 kata. Kata pertamanya adalah "Firda bubuk", diucapkan tgl 8 Okt 2008. Firda adalah anak tetangga yang umurnya sebaya Nasywa. Sekarang sudah bisa "Bapak bubuk", "Mama Mami", "Mah Min" (Mas Min yg jualan nasi Warteg)" dan "Om ndut". Selain itu kosa katanya yang baru adalah aik peda (naik sepeda), Onan (Ronald, tetangga depan rumah), Pola (Flora, adeknya Ronald), eong (meong), mambut (rambut), kakik (sakit), dan kakuk (takut).


Paling lucu kalo dengar nasywa ngucapin huruf s jadi sy, jadinya "maasy.." misalnya masy Ihza, Masy Pito, Bapak Bagusy (sambil mulutnya maju ke depan), Awaaasy...


Lebaran di kampung membawa banyak sekali kemajuan bagi Nasywa. Selain kosakata yang bertambah, Nasywa juga bisa membuat gerakan "nakutin" yaitu matanya kedip-kedip. Mama sama Bapak harus bilang "Takuuut.." trus Nasywa jadi seneng, ketawa-tawa dan diulangi terus. Mama gak tau Nasywa dapat ilmu ini dari mana.


Nasywa juga suka manjat, naik ke kursi, rak tivi, naik ke pinggir ember trus pegangan ke bak kalo lagi mandi (berbahaya tapi Nasywa suka sekali dan betah lama banget).

Selain itu Nasywa juga makin sering joget. Kalo dengar lagu dangdut atau ada iklan yang dia suka pasti langsung joget, pantatnya megal-megol. Gak tau tuh belajar dari mana.


Sejak bapak sering mutar kasetnya Koes Ploes, Nasywa ikutan jadi suka juga. Sering minta diputarin lagi Kupusy bukannya lagu anak-anak (udah bosan kali ya).

Artikel Gempa Yogya 2006





Tulisan di bawah (versi bhs Jepang) saya buat untuk ditampilkan di JICA Newsletter, jurnal bulanan dari kantor tempat saya bekerja. Waktu itu cuma dikasih space untuk bikin artikel sepanjang 500 huruf. Ternyata saya bikinnya jauh lebih banyak (waktu itu belum tau caranya ngitung huruf dalam Words). Akhirnya di-edit oleh si boss di kantor dan dikirim ke Tokyo. Tidak berapa lama tulisan itu dimuat di JICA newslatter, didistribusikan ke seluruh kantor JICA in every part of the world dalam 4 bahasa (日本語, English, Spain, dan France) plus satu buah foto saya ikutan nongol.

Ceritanya saya ditugaskan menemani team dokter dari Jepang selama 12 hari, untuk membuat rumah sakit darurat di Bantul waktu gempa bumi 2006. Banyak sekali kejadian suka dan duka...dukaaaa sekali. Hari kedua gempa saya sudah disana, melihat begitu banyak pasien dengan luka yang parah. Harus menemani dokter mengoperasi pasien dengan alat seadanya, di dalam tenda. Saya yang tadinya ngeri banget sama melihat luka berdarah terpaksa jadi terbiasa. Anak-anak kecil kepalanya bocor kejatuhan atap rumah, ada orang kakinya hampir putus kejatuhan dinding, dan lain-lain.

Yogyakarta Earthquake 2006

Yogyakarta and Central Java, famous for the Borobudur remains, is usually a quiet town. While the 2,925-meter-tall Merapi Volcano, located north of the town, has been active, earthquakes are extremely rare and the people enjoy a relaxed life.

In the early morning on May 27, however, this peaceful town was struck by a sudden tragedy in the form of an earthquake. Close to 6,000 people lost their lives, and many more lost their homes. I had parents and relatives living in Bantul, the area most seriously impacted by the earthquake. While fortunately all my relatives survived, they lost their homes and are now living in tents.

A Mountain of Debris and Cries of Sorrow
On May 28, the day after the earthquake, I arrived on site early in order to prepare to receive the Japan Disaster Relief medical team. I was at a loss for words when I saw my hometown, which I no longer recognized: a mountain of debris, people whose homes were lost, cries of sorrow. Somehow I managed to hold back the torrent of emotions that were swelling up inside of me.


I worked on site in Bantul with the medical team for 10 days. My primary duties were interpreting and providing liaison support. The patients spoke in the local language, which I then translated into Japanese. My husband, who teaches Japanese at a university in Yogyakarta, also helped interpret.

Each day, some 130 patients were examined. Many women, children, and elderly persons suffered broken bones and other injuries as a result of being crushed by fallen objects. My heart was touched by the kind and gentle manner in which the doctors examined these patients and tried so hard to ease their minds by speaking to them in broken Indonesian. I was also deeply impressed with how they never showed any evidence of fatigue even after caring for patients from morning to evening for days on end.

I would like to take this opportunity to express my gratitude to the Japanese government, JICA, and the medical team for coming all the way from Japan to assist my devastated hometown. I hope that I was able to be of at least some small assistance to your tremendous work.

(Japanese version)

ジョグジャカルタの地震

ジョグジャカルタというのは普段とても穏やかな町である。地震もめったに起こってなく、人々はのんびりで生活をしている。町の北の方にムラピ山があって、ちょっと前から活動しているから、噴火したら大きな地震が起きるだろうということはニュースから聞いたりしたのが、まさか、もう地震が起きたとは信じられなかった。この地震で最も被害がひどかった地域は地元のバントゥール県であった。そこで私の両親や親戚などが住んでいて、いまだにテントの中に生活をしている。

私は地震の次に日に日本国際緊急援助チームと一緒にそこで十日間で活躍させていただいた。先生が診療を行ったときに患者は現地の言葉で話すので、私は通訳をした。毎日125人ぐらいの患者さんが診療を受けていた。ものに打たれて怪我をし骨折した老人と子供と女性の患者が一番多かった。先生がとっても親切で患者さんに丁寧に診療を行った。いつもやさしい声で患者に話をかけ、一生懸命にインドネシア語で挨拶して、すごく感心していた。毎日朝から夕方までいろいろな患者を診ても、全く疲れのないように元気な顔を見せてくれ、とてもすばらしいと思う。インドネシアのことをまったくと言っていいほど知らない日本の国際緊急援助チームも皆さんが積極的に協力していただき、本当に感謝の気持ちを持っている。こんな立派な方々と一緒に協力させていただき、ちょっとでも自分が地元の人々のために役に立てることができて、一生の思い出になりとてもうれしく思う。これが多くの被災者のとっても役に立てることができる。

Tuesday, October 21, 2008

Rumah Merahku



Rencananya saya dan suami mau merenovasi rumah yang baru kami beli. Rumah yang kita sebut sebagai "Rumah Merah" berhubung cat-nya merah tua. Proses mendapatkan rumah ini cukup berliku-liku. Sempat hampir dibeli orang lain. Tetapi yang namanya rumah memang "jodoh", akhirnya jadi juga.

Setelah melewati proses yang ternyata tidak begitu merepotkan, kami akhirnya mendapatkan kredit kepemilikan rumah (KPR) dari Bank Niaga Syariah. Dipilih Bank Niaga Syariah setelah hasil hunting ke beberapa bank, ternyata bank ini bunganya paling kecil. Akhirnya bulan Maret 2008 jadilah rumah itu berpindah nama menjadi nama saya.

Rumahnya sih keciiiil banget (dibandingkan rumah ortu saya di Jawa Tengah yang setara 2xlebar lapangan bola). Ukurannya cuma 3 x 11 m itupun sudah termakan dinding samping kiri kanan hasilnya luas asli ruangan cuma 2,4 x 11 m. Dua lantai full bangunan, gak punya halaman apalagi taman baik di depan maupun belakang. Kiri kanan sudah nempel ke dinding rumah tetangga. Jalan depan rumah lumayan luas, bisa buat papasan 2 mobil.

Lokasi. Lokasi. Lokasi. Sekali lagi lokasi, itulah satu-satunya alasan kenapa dan mengapa kami memilih beli rumah di daerah Jakarta Pusat ini. Kantor saya dan suami di Thamrin-Sudirman, jadi dari rumah gak begitu jauh. Bisa berangkat kerja rada siang dan sampe rumah sebelum Maghrib dah sampe rumah. Hal ini keliatannya sulit kalo kita milih rumah di pinggiran Jakarta.

Dekat ke stasiun Senen maupun Gambir, jadi kalo mau mudik gampang. Itu alasan selanjutnya.

Memang polusi udara di daerah itu sudah cukup parah. Bikin sumur pompa juga sudah mustahil mengingat lokasi pemukiman yang padat pastilah lokasi septic tank sudah berhimpitan. Penggunaan air PDAM menjadi pilihan satu-satunya. Kita memutuskan untuk mengambil resiko ini mengingat sekali lagi alasan di atas, LOKASI.

Insya Allah akhir bulan Oktober kita akan mendandani (baca=sedikit merenovasi) rumah itu. Kamar yang letaknya di depan mau dibongkar dan dijadikan garasi. Semoga kelak ada rizki untuk beli mobil jadi gak usah numpang di garasi umum. Ruamg di abwah yang otomatis bakal jadi lebih sempit akan kita gunakan untuk dapur dan kamar mandi. Ruang tamunya dimana? gak ada. Barangkali di dekat dapur masih ada ruang untuk menempatkan kursi tamu kecil. Atau di garasi juga bisa, kan mobilnya belum ada.

Lantai atas akan menjadi 3 kamar tidur, satu kamar tidur utama plus kamar mandi dalam, kamar Nasywa (anak kami) dan kamar mbah nenek (asisten rumah tangga kami).

Renovasi akan digarap oleh Mas Parno, arsitek sekaligus teman sekampung suami di Yogya, yang udah nulis buku lebih dari 50 judul. Sistemnya borongan tenaga, artinya kita yang akan membeli materialnya. Karena tukang didatangkan dari Yogya, maka ada biaya tambahan untuk Kereta Api PP dan akomodasi. Karena teman dekat, kami percaya sepenuhnya sama dia.

Masalahnya nih, budget yang ada mepeeet banget. Takut juga kalo nanti kurang, mengingat biasanya yang namanya renovasi selalu membengkak biayanya. Sempat berpikir untuk minjem bank lagi, tapi batal berhubung krisis finansial 2008 juga berimbas pada tingkat suku bunga bank yang langsung melambung 4 kali lipat dari saat kami kredit KPR dulu. Moga-moga renovasi akan berjalan lancar dan sesuai jadwal. Bulan Januari 2009 kontrakan udah habis tenornya, mau gak mau kan musti pindah ke rumah baru.

to be continued

Monday, October 20, 2008

TIPS MENGHADAPI GEMPA/TSUNAMI

Tulisan di bawah ini diambil dari sebuah milis yang bersumber pada website salah satu kota di Jepang. Terima kasih dan salam kenal buat yang telah menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

BILA BERADA DI LUAR RUANGAN

* Di Jalan

Bila merasakan getaran kuat, lindungi kepala dengan tas dsb., berlarilah ke tempat yang lapang, bangunan yang kuat atau di bawah pohon di tepi jalan. Ingatlah bahaya dari pecahan kaca atau papan yang jatuh. Menjauhlah dari pagar beton, pintu gerbang, lokasi pembangunan gedung, peralatan berat dll.

* Di basement Lantai
Basement pada umumnya aman karena guncangannya kecil. Jangan bertindak tergesa-gesa, bergeraklah dengan tenang. Lindungi kepala dengan tas dsb., merunduk dan mendekatkan badan ke tembok. Bila listrik mati, biasanya ada lampu darurat. Meskipun gelap, berjalanlah menyusuri dinding sehingga sampai ke pintu keluar. Bertindaklah dengan tenang.

* Di mal atau pasar swalayan
Lindungi kepala dengan tas, keranjang belanja dsb., menjauhlah dari rak barang atau etalase. Sandarkan tubuh pada tiang atau dinding sambil menunggu getaran berkurang. Bila membawa anak, senantiasa memegang erat tangan anak. Ikuti panduan karyawan toko dan jangan berdesakan ke tangga darurat atau tangga jalan karena berbahaya. Jangan gunakan lift karena bila terjadi mati listrik, lift akan terhenti di tengah jalan.


* Di bioskop atau teater
Berdiri dari tempat duduk, kemudian berjongkok sambil melindungi kepala dengan tas dsb. Bergeraklah sesuai panduan petugas dan tidak berdesakan ke pintu keluar.

* Di peron/stasiun

Berpegangan erat-erat pada tiang dsb. Berhati-hatilah agar tidak jatuh dari peron. Menjauhlah dari papan pengumuman, lampu neon, kamera monitor, mesin atau alat besar. Lindungi kepala dengan tas atau merunduk ke bawah kursi untuk melindungi kepala dari benda-benda yang berjatuhan.

* Saat mengemudi
Meskipun merasakan getaran, jangan menginjak rem secara mendadak karena sangat berbahaya. Kurangi kecepatan kendaraan, menepilah ke tepi kiri jalan dan hentikan kendaraan. Bila berlindung ke tempat lain, jangan kunci mobil. Kunci mobil tinggalkan di tempat. (Catatan penerjemah: nasihat ini mungkin kurang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Silakan pertimbangkan sendiri)

* Di pantai
Oleh karena ada kemungkinan terjadi tsunami, bila merasakan getaran segeralah berlindung ke tempat yang lebih tinggi. Tsunami dapat datang tiba-tiba sebelum sirene atau peringatan diterima.

BILA BERADA DI DALAM RUMAH
* Lindungi TubuhYang perlu diprioritaskan adalah melindungi tubuh. Bersembunyilah di bawah meja atau bergeraklah ke ruangan yang sedikit peralatannya. Bila tidak ada meja, lindungi kepala dengan bantal atau buku dsb. Pastikan keselamatan orang-orang di dalam rumah dengan memanggil dan menanyakan keadaan mereka. Jangan berlari ke luar dengan tergesa-gesa. Berhati-hati dengan jatuhnya pecahan genting atau kaca.


* Memastikan kondisi pintu keluarBila terjadi guncangan yang besar, ada kalanya pintu maupun jendela tidak dapat dibuka karena terjadi perubahan bentuk sehingga kita terperangkap di dalam ruangan. Bila kondisi tubuh kita dalam keadan baik, perhatikan jeda waktu guncangan dan cobalah untuk memastikan kondisi pintu maupun jendela dengan membukanya sedikit.

* Penanganan api
Bila terjadi guncangan pada saat kita sedang menggunakan api, segera matikan. Namun demikian, utamakanlah keselamatan diri. Bila guncangannya besar, matikan api setelah guncangan reda. Perhatikan pula katup gas agar berada dalam kondisi tertutup meskipun tidak ada api. Putuskan seluruh koneksi ke listrik untuk mencegah terjadinya kebakaran pada saat listrik menyala kembali.

* Jangan lengah meski guncangan reda Sekali lagi pastikan keselamatan orang-orang serumah. Setelah terjadi gempa besar biasanya terjadi gempa susulan. Hindari lemari buku atau lemari es dsb karena ada kemungkinan jatuh pada saat gempa susulan. Carilah informasi yang benar melalui radio atau televisi.  

Catatan tambahan:
Selalu siapkan air minum dan makanan kering secukupnya di dalam rumah.

MELINDUNGI DIRI DARI TSUNAMI


Bila terjadi gempa, segera cari perlindunganDalam menyelamatkan diri dari tsunami kita berpacu dengan waktu. Kecepatan tsunami dapat mencapai 100 km sehingga kita tidak akan sempat lari bila tsunami sudah terlihat. Ada kalanya tsunami tiba sebelum peringatan kita terima. Bila merasakan guncangan yang keras atau guncangan kecil dalam waktu yang cukup lama, menjauhlah dari pantai dan berlindunglah ke tempat tinggi yang aman. Bila kita tidak merasakan getaran namun mendengar peringatan, segera berlindung.

Menjauhlah dari pantai, berlari ke tempat yang lebih tinggi Pada saat berlindung, ingatlah untuk mencari tempat yang “lebih tinggi” dan bukan yang “lebih jauh” dari pantai.
Bila tsunami datang dengan cepat sehingga tidak sempat untuk berlindung, usahakan untuk berlari ke bangunan yang kuat dengan ketinggian lebih dari 3 lantai.
Jangan lengah meskipun guncangan kecil


Getaran gempa yang dapat kita rasakan berbeda antara getaran seismik dengan getaran magnitude (skala Richter). Meskipun getaran yang dirasakan kecil, dapat terjadi tsunami yang besar. Bila terjadi getaran lemah dalam waktu yang panjang, jangan lengah, segeralah berlindung.

Jangan ke arah pantai sampai peringatan bahaya dicabut Banyak kali tsunami datang dalam 2 atau 3 gelombang dan ada kalanya gelombang yang ke-2 dan ke-3 lebih besar dari yang pertama. Jangan lengah setelah gelombang pertama. Jangan sekali-kali mendekati pantai sampai peringatan bahaya dicabut.

Mencari informasi yang benar
Carilah informasi yang benar melalui radio, televisi, HT dsb., bertindaklah dengan tenang.

Lembar Pertama

Hari Senin duapuluh Oktober duaribu delapan.

Pertama kali belajar bikin blog, hasil surfing panduan membuat blog di Om Google. Masih amatiran. Tadi sempat udah bikin postingan rada banyak tapi gak tau salah siapa (siapa lagi..!!)
ujug-ujug hilang (baca: salah-pencet-tuts). Maklum, pake BoneK (Bondone Kantor) jadinya nulis postingan dengan wajah serius seolah menghadapi dokumen penting. Beginilah nasib kalo hidup jadi JONI (Jongose Nippon), di kantor gak boleh cengengesan, gak boleh ngerumpi sama teman sebelah, masih untung boleh nge-blog....OK ini dulu diposting, semoga kali ini sukses. Amiin..